Knight of Coins

Posted on : 26 August 2023

Knight of Coins. Namanya saja agak keras ya kedengarannya. Kalau perihal Knight-of-sesuatu, saya jadi teringat seorang tokoh sejarah dari Eropa abad pertengahan, Joan of Arc. Seorang ksatria dari Perancis yang kerap dijuluki “Knight of God”. Sebutan yang disematkan karena ia dianggap berjuang sebagai perwakilan Tuhan, memperjuangkan nilai-nilai ketuhanan dan kepentingan Tuhan dalam peperangan.
Lalu di dalam deck tarot, ada seorang Knight of Coins. Apakah ia adalah sesosok ksatria yang memperjuangkan nilai-nilai koin recehan? Sepertinya tidak sesimple itu hehe. Salah satu deck tarot bernama Tarot of the Divine mengambil seorang tokoh mitologi Afrika Selatan bernama Heitsi-Eibib untuk menggambarkan Knights of Coins. Mungkin karena kisah hidupnya yang cukup keras kepala dianggap cocok untuk mewakili semangat Knights of Coins. Sisanya, mayoritas Knight of Coins digambarkan sebagai sebuah ide yang agak abstrak. Diwakilkan dalam rangkaian gambar ksatria yang naik kuda dengan gagahnya, lengkap dengan baju zirah, ditemani sebuah koin emas yang ukurannya lebih besar dari kepala si ksatria. Kata kuncinya sih “Meskipun sering mendapatkan masalah karena usahanya, dia pantang menyerah. Ambisi, kerja keras, dan ketekunan.”
Kalau saya disuruh memilih sebuah tokoh untuk melambangkan Knight of Coins, sepertinya saya akan mengajukan Pak Pardi. Beliau adalah seorang tetangga desa saya yang sehari-hari bertani. Menumbuhkan dan merawat tanaman-tanaman pangan di beberapa sawah dan pekarangan milik pribadi. Suatu sore kami bertemu di salah satu lahannya yang adalah sebuah tebing—iya, betul-betul tebing—berkontur cukup curam, menurun dari desa Parakan, Sleman, Yogyakarta ke arah lembah Sungai Progo. Beliau bercerita, lahan tersebut telah diolahnya sejak berumur 22 tahun. Sekarang, umur Pak Pardi telah menginjak 70 tahun. Awalnya, mengolah lahan tersebut bukanlah hal yang mudah. Pada tahun-tahun awalnya, lahan tersebut ditanami padi, namun selalu diserang tikus dari mana-mana. Lagipula mendatangkan air yang terus-menerus ke tebing tersebut cukup susah. Belum lagi unsur haranya jadi mudah longsor karena sudut kemiringan yang cukup curam. Tanaman padi yang ditanam di sana hampir tidak pernah bisa dinikmati hasilnya.
Akhirnya setelah mencoba sana-sini, Pak Pardi memutuskan bahwa tanaman keras berkayu seperti pohon sengon adalah yang cocok untuk lahan tersebut. Lalu di sekitarnya ditanami umbi-umbian seperti kimpul gendruk, uwi, gembili, dan ketela pohon. Diselingi pohon pisang di sana-sini. Sengon menjadi tabungan kayu jangka panjang. Sedangkan umbi-umbian juga dapat menjadi tanaman produktif sumber karbohidrat. Pisangnya, kalau berbuah ya dibagikan ke tetangga kanan-kiri. “Buat mempererat persaudaraan” katanya. Nanti kalau sisa banyak baru dijual di pasar.
Enaknya, tidak seperti padi, umbi-umbian tidak membutuhkan air yang intens. Bahkan tidak butuh pupuk yang disuplai terus-menerus. Mengandalkan air dari musim hujan, dan unsur hara di tanah yang berdaur secara alami saja sudah cukup. Memang, mereka baru bisa dipanen dalam periode sekali perputaran musim (sekitar setahun kurang sedikit). Tapi satu tanaman gembili yang ditanam di sana dapat menghasilkan umbi mencapai berat 15kg! Lumayan, lah, tetap bisa jadi hasil bumi pemasok karbohidrat selain beras. Bisa dibilang, lahan itu telah berhasil ‘ditaklukkan’ sesuai porsinya. Pak Pardi jadi dapat menikmati hasil dari tebing tersebut, sambil nyawah di tempat lain.
Bagaimana, beliau dijadikan wajah Knight of Coins cocok juga, kan? Seorang ksatria yang telah berjuang atas nilai-nilai penghidupan, coin yang dititipkan kepadanya. Tidak menyerah walau upaya-upaya awalnya diserang tikus dan tidak berhasil. Beliau tetap setia dalam bersiasat sampai bertemu dengan cara mengolah lahan yang paling cocok. Pokoknya apa saja yang dapat menjaga penghidupan tetap berjalan.
Suit coins—kartu tarot dibagi oleh beberapa simbolisme/suit, dan coins atau pentacles adalah salah satunya—sendiri memang diamini sebagai sebuah pralambang relasi manusia dengan unsur material Bumi. Secara general terasosiasikan dengan hal-hal materialistis seperti kepemilikan, finansial, pekerjaan, dan hal-hal duniawi lain. Sangat erat dengan elemen tanah.
Knight of Coins berbicara dengan sederhana soal bagaimana kita tidak boleh menyerah mengolah materi yang kita punya. Terkadang menjadi seorang Knight of Coins bukan berarti harus berjuang berdarah-darah menghasilkan dan menjaga pundi-pundi penghidupan agar tidak lari. Terkadang ia adalah hanyalah sebuah pengingat untuk terus memperjuangkan materi yang kita punya dengan siasat-siasat yang asyik dan dalam cinta. Kalau kata Pak Pardi, “ya kayak kamu suka sama cewek. Selama kamu masih cinta, jalani saja. Mau apa lagi? Itulah kenapa saya masih bertanam di sawah sini, di sawah sana, dan di kebun ini. Ya karena saya masih cinta.” (IoTheMoon)

Leave a Reply